Anak Berkebutuhan Khusus bukan berbeda tetapi istimewa


Ketika seorang anak berkebutuhan khusus yang menjadi bagian dari keluarga, baik itu dilahirkan, diadopsi, maupun dalam masa perkembangannya berkebutuhan khusus, maka akan menyebabkan hubungan antar keluarga menjadi berubah dan seluruh keluarga akan melakukan penyesuaian.

Setiap orang tua dalam keluarga merespon anak yang berkebutuhan khusus dengan cara mereka sendiri. Semua anak itu memiliki sifat individual, mereka juga harus menyadari bahwa orang tua juga seperti itu. Terkadang, keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus yang berat dapat menghadapi masalah kritis di antaranya yaitu:

  • Terapi medis yang mahal, operasi, atau rawat inap di rumah sakit dalam waktu yang panjang dan sering.
  • Tingginya beban biaya yang harus ditanggung, baik itu medis maupun di luar biaya medis, seperti halnya kebutuhan akan makanan maupun peralatan khusus.
  • Merasakan ketakutan dan energi yang terkuras disebabkan rutinnya terjadi kondisi kritis, seperti pada kasus anak yang sering berhenti bernapas atau mengalami kejang.
  • Masalah transportasi, khususnya bagi anak yang membutuhkan peralatan khusus.
  • Butuhnya seorang babysitter atau penitipan anak untuk bisa merawat mereka yang biasa terjadi pada beberapa anak, dimana dalam hal ini tidak mudah untuk menemukan seseorang yang benar-benar berkompeten dan dapat dipercaya.
  • Waktu yang sering bertentangan dengan waktu konsultasi ataupun janji terapi anak.
  • Tuntutan bagi orang tua secara terus menerus siang dan malam untuk rutin memiliki waktu pengasuhan yang tentu saja sulit, apalagi bagi mereka yang bekerja.
  • Merasakan kelelahan yang konstan atau menetap akibat kurang tidur dan hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali waktu untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain.
  • Memiliki sedikit atau tidak sama sekali kesempatan untuk berekreasi ataupun berolahraga.
  • Kurangnya fasilitas perawatan yang dapat bertahan lama.
  • Merasa cemburu atau ditolak dari saudara kandungnya yang merasa bahwa semua perhatian diberikan kepada saudaranya yang berkebutuhan khusus.
  • Masalah perkawinan yang timbul akibat masalah keuangan, kelelahan yang dirasakan, perbedaan prinsip dalam perawatan anak, ataupun merasa adanya penolakan dari pasangan saat tengah berjuang merawat anak dengan kebutuhan khusus. (Diadaptasi dari Allen dalam Gargiulo & Kilgo, 2005).

Oleh karena itu penting untuk lebih memfokuskan perhatian pada kekuatan dan sumber daya dari keluarga daripada kebutuhan, tantangan, dan tekanan yang mungkin dihadapi oleh keluarga nantinya. Maka, strategi yang bisa dilakukan para guru di sekolah dan orang tua di rumah sebagai berikut:

Interaksi

Jika Anda mau mengajar anak berkebutuhan khusus, gunakan aturan yang berkenalan yang baik. Pertama, kenalkan diri Anda dan jelaskan bagaimana Anda merasa berhubungan dengan anak tersebut. Anda bisa mulai mengajak berjabat tangan, menyentuh tangan, bahu, atau mukanya. Perlu diingat, tidak semua anak suka disentuh, seperti misalnya anak autis.

Anda juga dapat menjelaskan aktivitas apa yang akan Anda lakukan bersama anak tersebut, dari awal hingga akhir, sambil menatap kedua mata anak.

Observasi

Beberapa anak dengan berkebutuhan khusus menerima input sensori dengan cara yang berbeda dan kesulitan untuk mengungkapkan ketidaknyamanannya. Ingatlah bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Selalu lihat sesuatu yang berbeda dan berpikir jika anak tersebut sedang mencoba berkomunikasi dengan Anda. Jika Anda tidak yakin, Anda bisa bertanya kepada orang tuanya atau orang tua lainnya.

Lingkungan belajar yang aman

Perilaku anak berkebutuhan khusus kadang tidak terduga. Oleh karena itu, penting untuk mendahulukan keselamatan dan mengatur lingkungan agar nyaman secara fisik dan emosional.

Lebih fleksibel

Mengajar anak berkebutuhan khusus harus menggunakan metode yang beragam untuk membuat anak mengerti dan menguasai kemampuan baru. Misalnya, jika anak menolak pisah dengan orang tuanya, maka bawa orang tuanya ikut beraktivitas selama beberapa menit untuk mengurangi kecemasan anak, lalu orang tua dapat mundur perlahan.

Contoh lainnya adalah anak berkebutuhan khusus akan sulit memahami konsep abstrak pada pelajaran agama. Tugas Anda adalah menuangkan pelajaran tersebut dalam sebuah permainan atau projek seni agar terlihat bisa diterima oleh akal.

Harus konsisten

Jika terdapat peraturan di sebuah kelompok, maka aturan tersebut harus diaplikasikan secara konsisten kepada semua orang. Misalnya, jika Anda memiliki tujuan dan jadwal belajar, maka semua orang di dalam kelompok harus mengikuti hal tersebut. Bedanya, anak berkebutuhan khusus memerlukan dukungan ekstra atau guru pendamping yang duduk bersamanya.

Sama dengan memberi hukuman. Misalnya Anda menerapkan hukuman bahwa anak yang memukul harus ke luar kelas untuk menenangkan diri. Maka Anda menerapkan aturan tersebut pada anak regular atau anak berkebutuhan khusus.

Gunakan isyarat visual, auditori, atau taktil

Memiliki isyarat yang tepat pada sebuah lingkungan dapat berdampak positif pada anak berkebutuhan khusus. Anda bisa menggunakan kartu yang berisi tulisan instruksi sederhana untuk menolong anak mengingat aturan perilaku yang baik. Jika anak Anda tidak bisa baca, maka gunakan gambar.

Contoh lainnya adalah daripada berteriak untuk menyuruh sekelompok anak untuk diam, sebaiknya gunakan siulan atau tepuk tangan agar menarik perhatian mereka.

Sedangkan isyarat taktil bisa dilakukan dengan menyentuh bahu dengan lembut atau menawarkan selimut dan kain lembut lainnya adalah cara yang mudah untuk menarik perhatian seseorang. Anda tidak perlu mendorong atau menarik keras anak.

Menjadi pengajar yang positif

Perilaku positif adalah kualitas paling penting yang harus dimiliki oleh orang-orang yang mengajar anak berkebutuhan khusus. Meskipun Anda memiliki pengalaman yang tinggi, Anda akan kesulitan berinteraksi dengan anak difabel jika memiliki perilaku dan asumsi negatif.

Mengajar anak berkebutuhan khusus tidak bisa sendirian, perlu peran keluarga dan kerjasama yang kuat dengan guru. Agar anak tidak bingung, pastikan setiap orang berkomunikasi untuk menerapkan strategi yang sama.

 

Sumber :

Gargiulo, Richard. & Kilgo, Jennifer. (2005). Young Children with Special Needs 2nd ed. USA: Cengage Learning.

Jessica. (2019). Strategi Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus. Tangerang: EduCenter

 

Psikolog berpengalaman sebagi mentor sakti guna mengembangkan potensi anda