Menemukan Bakat Anak Berkebutuhan Khusus


 

Apakah Anda mengenal seseorang yang berkebutuhan khusus? Ingin memberikan saran atau nasehat agar dapat menggali potensinya? Hal ini memang tidak mudah namun bukan berarti tidak mungkin.

Pada anak berkebutuhan khusus, menjalani prosedur psikotes standar yang biasanya dilakukan biro-biro konsultasi psikologi umumnya cenderung sulit dilakukan. Anak berkebutuhan khusus kesulitan dalam memusatkan konsentrasi, memahami instruksi tes, mempergunakan waktu tes secara efisien dan berperilaku ‘pas’ pada saat proses pelaksanaan tes. Padahal pada sekolah-sekolah tertentu mempersyaratkan hasil Psikotes anak saat pendaftaran sekolah, atau mungkin orang tua ingin mengetahui kapasitas intelegensi yang dimiliki anaknya.

Selain itu, banyak ditemui anak dengan berkebutuhan khusus, hal ini dikarenakan semakin banyaknya faktor penyebab dari anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus memang memiliki keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.

Namun pada kenyataannya anak berkebutuhan khusus lebih sering menggunakan komunikasi non-verbal karena mereka kesulitan menggunakan bahasa lisan. Sebagian anak berkebutuhan khusus lainnya menggunakan bahasa tubuh orang lain sebagai petunjuk tambahan untuk berkomunikasi. Untuk itu, orang tua perlu memiliki startegi dalam berkomunikasi dengan anak autis agar mereka dapat memahami komunikasi dua arah seperti berkomuniskasi secara non-verbal.

Komunikasi non-verbal dapat digunakan dalam mengukur inteligensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus. Inteligensi non-verbal adalah kemampuan untuk menganalisis informasi dan memecahkan masalah dengan menggunakan penalaran visual. Dengan kata lain, inteligensi non-verbal adalah kemampuan untuk memahami dan bertindak tanpa harus menggunakan kata-kata. Salah satu tes inteligensi non-verbal yang dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus yaitu Snijders-Oomen Non Verbal Intelligence Scale (SON).

SON sendiri dapat digunakan untuk anak normal dan berkebutuhan khusus dengan rentan usia 3 – 16 tahun. Tes SON juga berbentuk puzzle dan rangkaian gambar yang perlu dicocokkan, sehingga anak tidak dituntut untuk menjawab perintah yang diberikan. Hal ini tentu mempermudah anak berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada pada SON.

 

Tes SON dapat diberikan pada anak deaf dan speech handicapped diantaranya yaitu:

  1. Anak dengan hearing impairment
  2. Anak dengan language or verbal communication difficulties
  3. Anak dengan Autism Spectrum Disorder ( ASD )
  4. Anak yang memiliki bahasa ibu tidak sesuai dengan bahasa yang digunakan pada alat tes
  5. Anak dengan learning disabilities
  6. Anak yang mengalami kesulitan untuk ditest karena test anxiety, selective mutism, dan lainnya.

Dengan cara ini, anak berkebutuhan khusus diberi kemungkinan untuk belajar dan memperbaiki diri sehingga anak dapat memaksimalkan potensi diri secara optimal. Untuk dapat melakukan tes ini, Anda dapat menghubungi psikolog yang memiliki izin praktek di Kota terdekat Anda tinggal.


Sumber:

J. Th. Snijders, PJ Tellegen & JA Laros (1989). SON-R 5.5-17: Laporan manual dan penelitian. Amsterdam: Hogrefe uitgevers.

Aryani, S. W. W. (2010). Psikotes Bagi Anak Autis. Jakarta: Buletin Berita Mandiga

Psikolog berpengalaman sebagi mentor sakti guna mengembangkan potensi anda