Please find below contact details
and contact us today! Our experts always ready to help you.
Waktu itu berawal dari ketidaknyamananku terhadap suatu kejadian di sekolah dan pengabaian dari lingkungan di sekitarku.
A : “Kemarin pas aku ke kantin, ada segerombol kakak kelas ngeliatin aku dengan pandangan yang sinis. Padahal aku merasa nggak pernah punya masalah sama mereka. Terus pas aku mau keluar dari kantin, ada salah satu dari mereka yang ngatain aku ‘sok cantik’ gitu. Walaupun aku nggak ngelihatin mereka, tapi aku mendengarnya”
B : “Halah paling itu perasaanmu aja. Mungkin bukan kamu kok yang mereka sindir.”
A : “Ya tapi aku liat kok mereka ngeliatin aku sinis gitu dan itu pas aku lagi sendiri, takut banget.”
B : “Udah deh, nggak usah lebay. Orang digituin doang pakek dimasukin hati.”
Setelah aku curhat dengan si B, aku malah menjadi menyalahkan diri sendiri “kenapa sih aku harus baper diginiin doang ?” kemudian aku mencoba biasa saja setelah kejadian itu. Namun, dihari-hari berikutnya, ternyata aku masih mendapatkan perlakuan seperti itu dari kakak kelas. Aku mencoba biasa saja dengan diam. Inginku meminta tolong, tapi aku takut mendapat respon seperti halnya yang aku dapatkan dari si B. Aku harus bagaimana?
Sepotong cerita di atas adalah salah satu contoh permasalahan yang masih sering terjadi di sekitar kita. Namun, seringkali masih kita anggap sepele. Pasti banyak dari kita yang sudah tahu tentang apa itu bullying, tapi tidak banyak dari kita yang memahami akan bahaya bullying.
Menurut artikel yang dikutip dalam laman Psychology Today, Bullying adalah tindakan yang melibatkan adanya perilaku agresif secara sengaja dan berulang-ulang untuk menyerang seseorang baik secara fisik maupun psikis. Biasanya, pelaku bullying adalah mereka yang memiliki power dan popularitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibully (korban). Hal itu menyebabkan korban sulit atau bahkan tidak berani untuk melakukan perlawanan.
Bullying bisa terjadi di manapun, baik itu di dunia nyata maupun dunia maya.
Bullying fisik berupa tindak kekerasan yang mengarah pada fisik, seperti pukulan, tendangan, dorongan, dan sebagainya.
A. Bullying verbal secara langsung
Bullying verbal secara langsung dapat berupa hinaan, fitnah, atau memanggil korban dengan sebutan yang buruk dan dilakukan secara langsung atau tatap muka dengan si korban.
B. Bullying verbal secara tidak langsung
Bullying verbal secara tidak langsung biasanya dilakukan di media sosial. Kita pasti sudah familiar sekali dengan gadget dan media sosial. Namun, kita harus dapat menggunakannya dengan bijak agar tidak mengalami kejadian-kejadian buruk seperti bullying.
C. Bullying psikologis
Bullying psikologis berupa penolakan, pengabaian, diskriminasi, dan mengintimidasi.
Menurut Rigby (2003) mengemukakan bahwa anak yang sering menjadi korban bullying adalah anak yang suka menyendiri, memiliki harga diri rendah, dan kurang memiliki keterampilan sosial khususnya dalam hal asertivitas. Nah, maka dari itu kita perlu untuk menjalin hubungan pertemanan, khususnya di usia remaja. Salah satu tujuannya agar kita terhindar dari bullying karena apabila kita memiliki teman maka kita akan lebih merasa aman.
Ketika menjadi korban bully, hal paling penting yang kita harapkan adalah perlindungan. Kita butuh untuk dilindungi, bukan diremehkan. Bullying dapat menimbulkan berbagai perasaan negatif dalam diri kita seperti rasa tertekan hingga membuat takut untuk berangkat ke sekolah, rasa cemas berlebihan, malu, tidak nyaman, dan merasa terancam tetapi tidak berani untuk menghadapinya. Bahkan bullying bisa mengakibatkan depresi sampai muncul keinginan bunuh diri.
Hal pertama dan paling utama yang harus kita lakukan adalah SPEAK UP. Jangan takut untuk menceritakan kejadian buruk yang menimpa kita pada orang-orang yang tepat seperti keluarga, guru, atau sahabat. Kita nggak mau kan berlarut-larut merasakan berbagai perasaan negatif sendirian?
So, LET’S SPEAK UP! Terkadang kita berpikir kalau kita speak up kita bakal diancam dan lebih disakiti lagi oleh si pelaku. Terkadang sewaktu pertama kali kita dibully, kita sempat berpikir bahwa si pelaku hanya bercanda dan kita meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa bertahan. Tapi ketika dihari-hari berikutnya kita masih juga dibully, apa kita bakal masih berpikir bahwa apa yang mereka lakukan adalah bercanda ?
Berhentilah untuk mempelihara pemikiran-pemikiran yang seolah menganggap bullying sebagai tindakan yang ‘gapapa’. Jangan biarkan diri kita menjadi korban karena masa depan kita masih panjang.
Sumber Gambar : Ryan Johnson for NPR (https://n.pr/2DF5ZIy)
Sumber Bacaan :
Kennedy-Moore, E. (2014, Oktober 09). Why Kids Often Don’t Speak Up Againts Bullying. Psychologytoday.com. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/growing-friendships/201410/why-kids-often-don-t-speak-against-bullying
Kennedy-Moore, E. (2014, Oktober 01). Is It Bullying…Or Ordinary Meanness?. Psychologytoday.com. Diunduh dari https://www.psychologytoday.com/intl/blog/growing-friendships/201410/is-it-bullyingor-ordinary-meanness
Rigby, K. 2003. Addressing Bullying in School: Theory and Practice. Australia Institute of Criminology: Trend & Issues in Crime and Criminal Justice. No. 259.
Widayanti, G. Costrie. (2009). Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di Semarang : Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, 5(2), 1-13.
Azis, R. Akhmad. (2015). Efektivitas Pelatihan Asertivitas untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying. Jurnal Konseling dan Pendidikan. 3(2), 8-14.